PEMERINTAH Indonesia mendapat peringatan keras dari Bank Dunia terkait peningkatan risiko fiskal akibat melonjaknya beban bunga utang di tengah tekanan ekonomi global yang tinggi.
Lead Economist Bank Dunia untuk Indonesia dan Timor-Leste, Habib Rab, menekankan bahwa meskipun rasio utang pemerintah terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) masih di bawah 40 persen.
Tetapi rasio bunga utang terhadap pendapatan negara sudah mencapai angka yang mengkhawatirkan sekitar 20 persen.
ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT
“Rasio bunga utang terhadap pendapatan di Indonesia sekitar 20 persen, jauh lebih tinggi dibanding rata-rata negara berpenghasilan menengah ke atas yang hanya 8,5 persen,” ujar Habib Rab.
Dia menyampaikan saat peluncuran laporan Indonesia Economic Prospects edisi Juni 2025 di Jakarta, Senin (23/6/2025).
Ia menambahkan bahwa tekanan fiskal Indonesia makin berat karena ketidakpastian ekonomi global telah mendorong imbal hasil obligasi dan spread obligasi ke level yang lebih tinggi, yang pada akhirnya meningkatkan biaya pinjaman negara.
Baca Juga:
BEI Kirim Teguran: MFMI Belum Penuhi Free Float
Merger Disetujui OJK, Adira Caplok Mandala Finance Efektif Oktober 2025
BPI Danantara Larang Agenda Restrukturisasi Direksi BUMN di RUPST 2025
“Imbal hasil obligasi cenderung meningkat, terutama saat suku bunga global tetap tinggi, ini memperbesar biaya pinjaman saat ketidakpastian melonjak,” jelas Habib Rab.
Bank Dunia pun mendesak pemerintah Indonesia untuk memperkuat penerimaan negara sebagai solusi jangka menengah agar kemampuan membayar utang tetap terjaga.
Penarikan Utang Negara Naik Drastis, Capai Rp 349,3 Triliun
Data dari Kementerian Keuangan menunjukkan bahwa hingga 31 Mei 2025, pemerintah telah menarik utang sebesar Rp 349,3 triliun, atau setara 45,02 persen dari target pembiayaan utang tahun ini sebesar Rp 775,87 triliun.
Angka tersebut jauh lebih tinggi dibandingkan capaian pada periode yang sama di tahun-tahun sebelumnya, yaitu: Rp 132,16 triliun (2024), Rp 150,39 triliun (2023), dan Rp 90,97 triliun (2022), bahkan hampir menyamai rekor tahun pandemi 2020 sebesar Rp 360,66 triliun.
Baca Juga:
BEI Perbarui Daftar 55 Emiten Disuspensi, Potensi Delisting Jadi Sorotan
Wisma Danantara Resmi Jadi Pusat Komando Investasi Pemerintah Era Prabowo-Gibran
Produksi Nikel Meningkat, MMP Aktifkan Smelter Berteknologi RKEF di Kaltim
Dalam perspektif persentase terhadap target tahunan, kinerja penarikan utang pada 2025 ini adalah yang tertinggi selama lima tahun terakhir.
Kondisi ini mencerminkan peningkatan kebutuhan pembiayaan negara, yang di satu sisi menggambarkan respons fiskal terhadap tantangan ekonomi, tetapi di sisi lain menimbulkan kekhawatiran akan daya tahan fiskal jangka menengah.
Penerimaan Pajak Melemah, Beban Bunga Utang Kian Berat
Di sisi lain, realisasi penerimaan pajak hingga 31 Mei 2025 hanya mencapai Rp 683,3 triliun atau sekitar 31,2 persen dari target APBN 2025 sebesar Rp 2.189,3 triliun.
Penerimaan ini mencatat kontraksi tahunan sebesar 10,14 persen dibanding periode yang sama tahun lalu, meneruskan tren kontraksi pada April 2025 yang juga sebesar 10,8 persen.
“Ketika penerimaan negara sedang terbatas, maka kemampuan untuk membayar utang ikut terganggu,” ungkap Habib Rab.
Ia menjelaskan bahwa sistem keuangan Indonesia yang belum sepenuhnya dalam menjangkau sektor-sektor produktif juga menjadi penghambat optimalisasi penerimaan negara.
Baca Juga:
Deregulasi Impor 10 Komoditas Tak Ganggu Penerimaan Negara
Pernikahan Bezos–Sánchez Bernilai Miliaran, Venesia Raup Efek Pariwisata Global
Setelah 12 Hari Menggempur Iran, Israel Kini Lumpuh Tanpa Amunisi
“Pasar keuangan Indonesia masih dangkal; perusahaan yang tidak memanfaatkan sistem keuangan nasional cenderung mudah menghindari pajak,” ujarnya.
Analis Ekonomi: Pemerintah Harus Waspada dan Cermat Eksekusi Anggaran
Peneliti dari Center of Reform on Economics (Core) Indonesia, Yusuf Rendy Manilet, menyatakan bahwa ada sinyal kewaspadaan serius dari sisi kemampuan pemerintah dalam membayar utang yang meningkat pesat.
“Pemerintah harus waspada karena kebutuhan membayar utang naik, sementara kapasitas fiskal berkembang lambat,” kata Yusuf.
Ia menambahkan bahwa efektivitas penarikan utang sangat bergantung pada keberhasilan eksekusi belanja negara.
Jika belanja pemerintah dieksekusi dengan baik dan berdampak pada pertumbuhan ekonomi, maka akan ada peluang untuk menurunkan rasio utang terhadap PDB.
“Harapannya, eksekusi belanja pemerintah bisa mendorong ekonomi tumbuh sehingga menahan atau bahkan menurunkan rasio utang,” ujar Yusuf.
Menurutnya, pemerintah perlu mengedepankan akuntabilitas dan efektivitas dalam penggunaan dana utang agar manfaatnya jauh lebih besar daripada beban bunga yang harus ditanggung.
Strategi Fiskal Perlu Diperkuat Hadapi Tantangan Ekonomi Global
Dalam konteks global yang penuh ketidakpastian—mulai dari tensi geopolitik, perubahan iklim, hingga volatilitas suku bunga global—Indonesia perlu memperkuat strategi fiskalnya.
Langkah penguatan bisa ditempuh melalui reformasi perpajakan, pendalaman pasar keuangan domestik, serta penguatan efisiensi belanja negara.
Reformasi struktural untuk memperluas basis pajak dan memperkuat kepatuhan wajib pajak harus menjadi prioritas jangka menengah agar pendapatan negara dapat meningkat secara berkelanjutan.
Selain itu, diversifikasi sumber pembiayaan negara agar tidak terlalu tergantung pada surat utang jangka pendek sangat krusial guna menekan risiko rollover dan menjaga stabilitas fiskal.
Perlu dicatat pula bahwa indikator debt-to-GDP ratio yang masih di bawah ambang batas bukan berarti risiko fiskal bisa diabaikan jika beban bunga terus menekan anggaran belanja produktif.***
Sempatkan untuk membaca berbagai berita dan informasi seputar ekonomi dan bisnis lainnya di media Bisnisidn.com dan Koperasipost.com.
Simak juga berita dan informasi terkini mengenai politik, hukum, dan nasional melalui media
Persda.com dan Jazirahnews.com.
Informasi nasional dari pers daerah dapat dimonitor langsumg dari portal berita Heijakarta.com dan Hallopapua.com.
Untuk mengikuti perkembangan berita nasional, bisinis dan internasional dalam bahasa Inggris, silahkan simak portal berita Indo24hours.com dan 01post.com.
Pastikan juga download aplikasi Hallo.id di Playstore (Android) dan Appstore (iphone), untuk mendapatkan aneka artikel yang menarik. Media Hallo.id dapat diakses melalui Google News. Terima kasih.
Kami juga melayani Jasa Siaran Pers atau publikasi press release di lebih dari 175an media, silahkan klik Persrilis.com
Sedangkan untuk publikasi press release serentak di media mainstream (media arus utama) atau Tier Pertama, silahkan klik Publikasi Media Mainstream.
Indonesia Media Circle (IMC) juga melayani kebutuhan untuk bulk order publications (ribuan link publikasi press release) untuk manajemen reputasi: kampanye, pemulihan nama baik, atau kepentingan lainnya.
Untuk informasi, dapat menghubungi WhatsApp Center Pusat Siaran Pers Indonesia (PSPI): 085315557788, 087815557788.
Dapatkan beragam berita dan informasi terkini dari berbagai portal berita melalui saluran WhatsApp Sapulangit Media Center