INFOEKBIS.COM – Badan Pengatur Hilir Minyak dan Gas Bumi (BPH Migas) bersama PT PGN Tbk Sales and Operation Region III (SOR III) melakukan pemantauan keamanan layanan gas bumi di sejumlah wilayah Jawa Timur, Selasa 18 April 2023.
Pemantauan dimulai di Lamongan, Jatim, dengan mengunjungi metering and regulating station (MR/S) yang berlokasi di Perpustakaan, Lamongan.
Kemudian, regulating station (R/S) yang berlokasi di Dispora Tumenggungan, UMKM pembuat wingko, dan pelanggan rumah tangga.
Setelah dari Lamongan, rombongan melanjutkan pemantauan di MCS PGN SOR III untuk melihat sistem pemantauan penyaluran gas bumi di seluruh area Jawa Timur dan Jawa Tengah.
Baca Juga:
Wamentan Sudaryono Perkuat Pengembangan SDM dengan Jepang, Dukung Misi Pertanian Prabowo Subianto
Kerugian Negara Akibat Penambangan Batu Bara PT Andalas Bara Sejahtera Sebesar Rp488,94 Miliar
Investasi di di Ibu Kota Nusantara, Sekitar 16 Pengusaha Pertambangan Bentuk Konsorsium
Baca artikel penting lainnya di media online Infoesdm.com – salah satu portal berita terbaik di Indonesia.
Terakhir, kunjungan dilakukan di SPBG Ngagel untuk melihat kesiapan penyaluran gas bumi di sektor transportasi.
Anggota Komite BPH Migas Wahyudi Anas mengatakan tujuan dari kunjungan ini adalah dalam rangka posko Kementerian ESDM terkait penyediaan energi untuk masyarakat baik jaringan gas (jargas) maupun SPBG.
“BPH Migas bertugas memastikan penyaluran BBM baik subsidi maupun nonsubsidi kepada masyarakat dalam rangka Hari Raya Idul Fitri 1444 Hijriah melalui Posko Satgas RAFI yang dimulai pada 10 April hingga 2 Mei 2023,” katanya.
Baca Juga:
Dukung Hilirisasi Tambang dan Ketahanan Energi, Minergi Media Luncurkan Portal Tambangpost.com
Banyaknya Barang Impor Masuk Pasar Domestik, Menperin Agus Gumiwang Sebut Penyebab Deflasi
Dari pantauan yang dilakukan, maka terlihat adanya perbedaan siklus konsumsi antara gas bumi dan BBM.
“Kalau BBM, saat ini adalah puncak-puncaknya, karena masyarakat banyak melakukan aktivitas mudik dan berlibur ke destinasi wisata, sehingga kebutuhan BBM harus dipersiapkan dan harus ditambah. Kalau gas bumi, karena rata-rata industri libur, maka justru over suplai,” ujarnya.
Menurut Wahyudi, jika di hari normal, rata-rata konsumsi industri mencapai 210-220 MMSCFD, maka saat ini sudah turun 30 persen menjadi 170 MMSCFD.
“Bahkan, saat puncak Lebaran, turun menjadi 50-60 MMSCFD. Itu terjadi mulai H-5 hingga H+5 Lebaran. Sektor komersial kategori UMKM turun tipis, sedangkan restoran dan rumah tangga stabil,” ujarnya.
Baca Juga:
Optimisme Global dan Lokal Dorong CSA Index Oktober Naik ke 76,09: IHSG Diperkirakan Terus Menguat
Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati Jelaskan Soal Tren Deflasi yang Terjadi Selama 5 Bun Beruntun
Bagi Para Petani yang Lakukan Percepatan Tanam di Oktober 2024, Kementan akan Bagikan Benih Gratis
Untuk jumlah pelanggan kecil gas bumi di Jatim mencapai 162.908 SR dan pelanggan komersial mencapai 369 pelanggan. Sedangkan, penyaluran BBG di Jatim mencapai 2.773 liter setara premium (LSP) per hari.
“Kalau Lamongan, pelanggan RT ada sekitar 9.150 SR. Sedangkan, penyalurannya mencapai 170.000 meter kubik per bulan,” katanya.
Area Head Bojonegoro PGN Mochamad Arif mengatakan pihaknya memiliki komitmen kuat untuk terus melayani masyarakat Lamongan dan sekitarnya dengan baik, termasuk saat momentum Lebaran.
“Bersama BPH Migas, melalui Satgas RAFI, kami melakukan pemantauan di seluruh pelanggan baik rumah tangga, UMKM, atau lainnya agar kebutuhan gas ke pelanggan tidak terganggu waktu Idul Fitri,” ujarnya.
Menurutnya, pemberian layanan prima kepada seluruh pelanggan memang menjadi kewajiban bagi PGN yang tidak hanya terbatas saat Idul Fitri, tetapi di sepanjang waktu pelayanan.
“Ini adalah komitmen kami bersama untuk menjaga agar masyarakat pengguna gas bumi merasa nyaman dan aman,” katanya.
Romlah, pemilik UMKM wingko dengan merek Arjuno, mengakui penggunaan gas PGN sangat membantu menekan biaya operasional untuk produksi wingko per bulannya.
“Kalau menggunakan bahan bakar elpiji sebulan pengeluaran mendekati Rp9 juta, dengan menggunakan jargas PGN tidak sampai Rp5 juta. Hemat sekitar 35 persen, sangat membantu menekan biaya operasional,” katanya.
Romlah mengakui awal tawaran mengganti elpiji dengan jargas ada ketakutan.”
“Namun, setelah digunakan ternyata justru lebih mudah dan aman. “Para pelaku UMKM jangan takut menggunakan jargas, lebih hemat dan stabil,” ujarnya.***