Kebijakan Tarif Indonesia Buktikan Manfaat Liberalisme Ekonomi

Pendekatan pasar bebas tingkatkan daya saing industri padat karya, tarik transfer teknologi, dan percepat integrasi Indonesia dalam perdagangan internasional.

Avatar photo

Kamis, 17 Juli 2025

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Ketua Dewan Ekonomi Nasional (DEN), Luhut Binsar Pandjaitan. (Facebook.com @Luhut Binsar Pandjaitan)

Ketua Dewan Ekonomi Nasional (DEN), Luhut Binsar Pandjaitan. (Facebook.com @Luhut Binsar Pandjaitan)

INDONESIA kembali mengambil langkah tegas di panggung perdagangan global.

Penurunan tarif resiprokal Amerika Serikat (AS) terhadap produk Indonesia dari 32% menjadi 19% bukan hanya sekadar konsesi dagang bilateral.

Lebih dari itu, kebijakan ini mencerminkan visi strategis Indonesia untuk memperkuat daya saing ekspor.

ADVERTISEMENT

RILISPERS.COM

SCROLL TO RESUME CONTENT

Juga menarik investasi berbasis nilai tambah, dan memposisikan diri sebagai mitra dagang yang dihormati.

Ketua Dewan Ekonomi Nasional (DEN), Luhut Binsar Pandjaitan menyampaikan hal tersebut di Jakarta, Kamis (17/7/2025).

“Kita tidak sedang memberi karpet merah untuk pihak luar, tetapi justru membuka jalan yang lebih besar bagi pelaku usaha Indonesia untuk bersaing di pasar global,” kata Luhut.

Dalam lanskap ekonomi yang kian didominasi oleh negara-negara proteksionis, keputusan Indonesia untuk menyederhanakan tarif sebagian besar impor dari AS.

Dan merespons kebijakan AS dengan pendekatan timbal balik yang terukur patut dicermati sebagai praktik liberalisme ekonomi yang konsisten.

Strategi Liberalisme Ekonomi demi Daya Saing Nasional yang Lebih Berkelanjutan

Kebijakan tarif baru ini, seperti ditegaskan DEN, bukanlah konsesi sepihak yang melemahkan posisi domestik.

Sebaliknya, ini adalah strategi yang memperluas akses pasar ekspor Indonesia, mendorong transfer teknologi dari investasi asing, dan meningkatkan produktivitas sektor-sektor padat karya.

Data simulasi ekonomi yang dilakukan DEN memperkuat klaim ini. Jika tarif tetap berada di 32%, pertumbuhan ekonomi akan stagnan.

Namun dengan tarif 19%, Produk Domestik Bruto (PDB) diproyeksikan naik 0,5%, penyerapan tenaga kerja bertambah 1,3%, kesejahteraan masyarakat naik 0,6%, serta investasi meningkat hingga 1,6%.

Relokasi industri global yang sebelumnya terkunci di Tiongkok akibat biaya produksi tinggi dan ketegangan geopolitik kini melihat Indonesia sebagai alternatif yang lebih kompetitif.

Sektor tekstil, garmen, alas kaki, furnitur, serta perikanan—semuanya padat karya—berpotensi memetik manfaat besar dari kebijakan ini.

Menurut Luhut, “Indonesia kini menjadi negara dengan tambahan tarif AS paling rendah di antara negara-negara surplus dagang lain, bahkan di kawasan ASEAN. Ini memberi kita peluang besar.”

Bagi para pembuat kebijakan ekonomi nasional, arah kebijakan ini menjadi bukti bahwa deregulasi, perdagangan bebas, dan integrasi global adalah jalan yang tepat untuk mempercepat pertumbuhan inklusif sekaligus memperkuat daya saing.

Apa Arti Penyesuaian Tarif Ini Bagi Masa Depan Perdagangan Global?

Penurunan tarif ini juga harus dilihat dalam konteks pergeseran besar dalam perdagangan global.

Perang dagang AS–Tiongkok dan meningkatnya sentimen proteksionisme di banyak negara telah mengganggu rantai pasok internasional dan menaikkan biaya logistik.

Di tengah tren itu, Indonesia memilih jalur yang lebih terbuka, dengan menurunkan hambatan perdagangan dan memperbaiki iklim investasi dalam negeri.

Strategi ini juga memanfaatkan fenomena friend-shoring, yaitu relokasi industri global ke negara-negara mitra strategis yang lebih dipercaya oleh Barat.

Dengan menunjukkan komitmen terhadap peraturan pasar yang transparan, kebijakan tarif yang ramah perdagangan, dan infrastruktur logistik yang membaik, Indonesia semakin menarik bagi investor yang ingin mengurangi ketergantungan pada Tiongkok.

Sektor-sektor yang siap menikmati lonjakan permintaan termasuk industri tekstil dan produk tekstil, alas kaki, furnitur, serta perikanan.

Biaya produksi yang lebih rendah, hambatan tarif yang lebih kecil, serta kebijakan deregulasi di dalam negeri semuanya mendukung penguatan posisi Indonesia di mata pelaku industri global.

Sebagaimana dicatat oleh Bank Dunia, liberalisasi perdagangan dan iklim investasi yang kompetitif merupakan dua pendorong utama yang memungkinkan negara berkembang untuk meningkatkan ekspor dan menarik investasi langsung asing.

Tantangan Deregulasi dan Perlunya Memperbaiki Daya Saing Domestik

Namun, keuntungan dari kebijakan tarif ini tidak datang tanpa tantangan.

Penurunan tarif hanya efektif jika disertai dengan reformasi struktural di dalam negeri untuk menurunkan biaya logistik, menyederhanakan perizinan, dan meningkatkan produktivitas tenaga kerja.

DEN sendiri telah mengakui bahwa biaya logistik domestik yang masih tinggi (high-cost economy) dapat menggerus sebagian keuntungan dari kebijakan perdagangan bebas ini.

Maka, agenda deregulasi dan pembangunan infrastruktur tetap harus berjalan cepat untuk memastikan bahwa industri dalam negeri mampu memenuhi permintaan global secara efisien.

Liberalisme ekonomi tidak hanya tentang membuka diri terhadap perdagangan bebas, tetapi juga tentang memastikan bahwa mekanisme pasar dalam negeri berjalan optimal melalui reformasi birokrasi, kebijakan fiskal yang sehat, dan investasi pada modal manusia.

Indonesia tidak bisa berpuas diri hanya dengan turunnya tarif AS. Ke depan, pemerintah perlu terus memperbaiki iklim bisnis, memerangi korupsi yang merugikan pelaku usaha, serta memastikan stabilitas makroekonomi untuk menjaga kepercayaan investor jangka panjang.

Sebagaimana diingatkan OECD dalam laporan terbaru: “Peningkatan daya saing nasional hanya mungkin jika negara terus memperbaiki tata kelola ekonomi sambil menjaga keterbukaan terhadap perdagangan internasional.”

Momentum untuk Mengokohkan Komitmen pada Globalisasi

Penyesuaian tarif ini memberi Indonesia momentum penting untuk mengokohkan komitmennya pada globalisasi dan liberalisme ekonomi.

Di tengah kecenderungan dunia yang semakin tertutup, Indonesia justru menunjukkan bahwa strategi pasar bebas tetap relevan untuk menciptakan pertumbuhan inklusif.

Bagi para pembuat keputusan bisnis dan pemerintah, sinyal ini jelas: Indonesia sedang membuka pintu lebih lebar bagi perdagangan dan investasi global.

Yang diperlukan sekarang hanyalah konsistensi dalam melanjutkan reformasi di dalam negeri agar keuntungan dari kebijakan ini bisa dirasakan lebih luas.

Seperti ditegaskan Luhut: “Arah kebijakan ekonomi nasional yang tepat dan berbasis data akan menjadi kunci dalam mengakselerasi pertumbuhan inklusif dan berdaya saing di era global.”

Dengan pilihan kebijakan yang jelas, Indonesia bisa menjadi salah satu pusat produksi dan perdagangan global berikutnya, mengambil peluang yang ditinggalkan oleh rival-rivalnya yang terjebak dalam proteksionisme.***

Sempatkan untuk membaca berbagai berita dan informasi seputar ekonomi dan bisnis lainnya di media Infoemiten.com dan Panganpost.com.

Simak juga berita dan informasi terkini mengenai politik, hukum, dan nasional melalui media Infoseru.com dan Poinnews.com.

Informasi nasional dari pers daerah dapat dimonitor langsumg dari portal berita Jatengraya.com dan Hallobandung.com.

Untuk mengikuti perkembangan berita nasional, bisinis dan internasional dalam bahasa Inggris, silahkan simak portal berita Indo24hours.com dan 01post.com.

Pastikan juga download aplikasi Hallo.id di Playstore (Android) dan Appstore (iphone), untuk mendapatkan aneka artikel yang menarik. Media Hallo.id dapat diakses melalui Google News. Terima kasih.

Kami juga melayani Jasa Siaran Pers atau publikasi press release di lebih dari 175an media, silahkan klik Persrilis.com

Sedangkan untuk publikasi press release serentak di media mainstream (media arus utama) atau Tier Pertama, silahkan klik Publikasi Media Mainstream.

Indonesia Media Circle (IMC) juga melayani kebutuhan untuk bulk order publications (ribuan link publikasi press release) untuk manajemen reputasi: kampanye, pemulihan nama baik, atau kepentingan lainnya.

Untuk informasi, dapat menghubungi WhatsApp Center Pusat Siaran Pers Indonesia (PSPI): 085315557788, 087815557788.

Dapatkan beragam berita dan informasi terkini dari berbagai portal berita melalui saluran WhatsApp Sapulangit Media Center

Berita Terkait

Rp50 Triliun Terkumpul, Patriot Bond Dorong Kemandirian Pembiayaan Nasional
Rosan Soroti Rp200 Triliun Dana Pemerintah, Perbankan Diharap Gerakkan Ekonomi
Dari Komoditas ke Geopolitik, CSA Index September 2025 Turun
BI Turunkan BI-Rate 125 Bps, Burden Sharing Perkuat Ekonomi Kerakyatan 2025
Bagaimana Cara Jitu Mengundang Jurnalis Bisnis ke Acara Korporasi
Optimisme Pertumbuhan Ekonomi 5,1% di 2025 dan Fondasinya
Tata Kelola, Risiko, dan Kepatuhan Jadi Nyawa Perusahaan Efek Menurut OJK
CSA Index Agustus 2025 Ungkap Kepercayaan Investor Mencapai Titik Tertinggi Tahun Ini
Berita ini 9 kali dibaca

Berita Terkait

Rabu, 17 September 2025 - 09:36 WIB

Rosan Soroti Rp200 Triliun Dana Pemerintah, Perbankan Diharap Gerakkan Ekonomi

Sabtu, 13 September 2025 - 00:18 WIB

Dari Komoditas ke Geopolitik, CSA Index September 2025 Turun

Selasa, 9 September 2025 - 07:02 WIB

BI Turunkan BI-Rate 125 Bps, Burden Sharing Perkuat Ekonomi Kerakyatan 2025

Senin, 1 September 2025 - 06:52 WIB

Bagaimana Cara Jitu Mengundang Jurnalis Bisnis ke Acara Korporasi

Kamis, 21 Agustus 2025 - 12:11 WIB

Optimisme Pertumbuhan Ekonomi 5,1% di 2025 dan Fondasinya

Berita Terbaru

dok. bbc.com

Bisnis

Langkah Awal Sebelum Membeli Bitcoin, Yuk Simak

Jumat, 7 Nov 2025 - 19:42 WIB